Bengkulu - Tingginya aktivitas gempa bumi di Provinsi Bengkulu membuat keberadaan investor di daerah ini masih sangat rendah.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Bengkulu, Karmawanto mengatakan tingginya intensitas gempa bumi berskala kecil di daerah membuat investor enggan menanamkan modalnya.
Padahal, jika investor tau, keberadaan gempa bumi kecil ini justru membuat pergerakan energi bumi menjadi terpecah.
"Memang yang dilihat itu adalah situasi geopolitik. Kondusifitas saja tidak cukup. Investor masih sering melihat kondisi letak dan aktivitas geografis Bengkulu," ujarnya, Jumat (21/10).
Kecilnya realisasi investasi di Bengkulu terlihat dari capaiannya per September 2022, di mana nilai investasi di daerah mencapai Rp5,6 triliun. Padahal target yang telah ditetapkan pemerintah pusat tahun 2022 ini sebesar Rp9,8 triliun.
"Itu pun didominasi oleh perusahaan-perusahaan lama yang memperpanjang kontraknya," kata dia.
Meski demikian, pemerintah mengaku keberadaan potensi investasi di Bengkulu masih sangat menjanjikan. Karmawanto menyebutkan banyak sektor selain pertambangan dan perkebunan yakni pariwisata, budidaya perikanan, hingga investasi energi terbaharukan juga belum begitu tersentuh.
Dengan begitu ia menawarkan kepada investor untuk masuk ke dalam sektor dimaksud. "Selain aman, murah, dan menjanjikan, investasi sektor itu juga dikenal ramah lingkungan dan berkelanjutan," kata.
Sementara itu, disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kepahiang Provinsi Bengkulu tercatat hingga Oktober 2022 gempa bumi bermagnitudo 2 hingga 5,5 sebanyak 386 kali.
Pergerakan gempa bumi didominasi oleh pergeseran lempeng bumi dengan cakupan kedalaman dangkal. BMKG juga memprediksi hasil potensi tertinggi gempa bumi di daerah ini mencapai 8,9 skala richter.